Jumat, 06 April 2018

KOTA WISATA BATU : SEBUAH KAWASAN DISNEYIZATION?


Kota Wisata Batu, sebuah julukan untuk kota kecil di Jawa Timur yang memiliki panorama indah dengan udara yang sejuk. Hal ini didukung oleh kondisi geografis yang terletak di sekitar pegunungan yang cukup subur antara lain adalah Gunung Anjasmoro, Gunung Arjuno, Gunung Banyak, Gunung Kawi, Gunung Panderman, dan Gunung Welirang. Kota Wisata Batu sudah mulai dikenal sejak zaman Belanda. Udara yang sejuk dan alam yang indah menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota kecil ini. Bahkan, sebuah julukan De Klein Switzerland disematkan pada kota yang dianggap sebagai Swiss kecil di Jawa. Peninggalan arsitektur khas Belanda dalam bentuk hunian atau tempat persinggahan banyak di jumpai di Kota Batu karena pada zaman dahulu menjadi lokasi strategis untuk membangun sebuah rumah persinggahan. Salah satu rumah persinggahan yang bersejarah yakni sebuah hunian di kawasan Taman Rekreasi Selecta yang menjadi tempat singgah Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Sebuah perkembangan yang cukup pesat terjadi pada kota yang mulai berdiri secara otonom pada tahun 2001 ini. Berbagai tempat wisata mulai di kembangkan mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner dan wisata buatan yang mengalami perkembangan cukup pesat. Hingga pada tanggal 20 Mei 2013 diluncurkan logo baru yakni "Shining Batu" yang mana menjadi sebuah ikon atau julukan khusus untuk kota pariwisata ini. Banyaknya jumlah destinasi wisata di kota ini sangatlah tepat untuk dijuluki sebagai  salah satu kota “wisata” di Indonesia. Wisata yang cukup populer di Kota Wisata Batu adalah Taman Rekreasi Selecta, Coban Talun, Coban Rais, Pemandian Air Panas Cangar, Paralayang Gunung Banyak, Arboretum, Jawa Timur Park 1, Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, Alun-Alun Kota Wisata Batu, Eco Green Park, Predator Fun Park, Jawa Timur Park 3, dan Kusuma Agro Wisata. Destinasi wisata menarik lainnya seperti di lansir oleh Malang Today adalah adanya desa atau kampung wisata seperti Kampung Wisata Kungkuk, Kampung Ekologi Temas, Desa Wisata Tulungrejo, Kampung Goenoeng, dan Desa Oro-Oro Ombo.

Kota “wisata” menjadi acuan utama Kota Batu untuk terus mengembangkan pariwisata yang ada. Pembangunan semakin gencar dilakukan, tetapi yang kita temui sebuah proyek pembangungan wisata buatan “artifisial” lah yang semakin merajalela. Wisata khas Jawa Timur Park Group semakin diminati dan mendominasi wisata yang ada di kota ini. Mengutip tulisan Haris El Mahdi dalam Malang Corruption Watch, seorang sosiolog warga Kota Batu yang mengatakan bahwa Kota Batu bukan lagi Swiss kecil di Pulau Jawa, tetapi berubah menjadi Singapura kecil di Pulau Jawa. Wisata alam berbasis pertanian yang menjadi ciri khas Kota Batu diubah menjadi wisata artifisial berbasis Disneyization, sebuah model wisata yang tak pernah dikenal oleh orang Batu sebelumnya. Disneyization merujuk pada gagasan Bryman tentang proyek kapitalisme yang mengintegrasikan wisata kuliner dengan wisata buatan (artificial) seperti pada taman hiburan Disneyland. Walt Disney merupakan ikon dari industri hiburan paling terkemuka di AS, yang kemudian bertransformasi sedemikian rupa menjadi jejaring bisnis wisata bernama Disneyland Park di banyak Negara (Mahdi,2014). Jawa Timur Park Group menjadi sebuah proyek Disneyization yang dapat kita jumpai di Kota Wisata Batu. Beragam proyek wisata nya antara lain Jawa Timur Park 1, Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, Eco Green Park, Predator Fun Park, dan Jawa Timur Park 3 yang menjadi salah satu proyek terbaru di tahun ini semakin menambah wisata yang ada di Kota Batu.
Menurut Bryman, A. (dikutip dari Mahdi, 2014) bahwa  ada empat hal yang menjadi ciri dari Disneyization. Pertama, theming, merujuk pada “menjual branding”, untuk konteks Kota Batu termanifestasi dalam slogan Kota Wisata Batu (KWB) atau Shinning Batu. Di samping itu juga merujuk pada spot-spot ruang yang mempunyai tema-tema khusus. Kedua, dedifferentiation of consumption merujuk pada berbagai macam tawaran konsumsi tetapi saling terintegrasi. Adanya hotel, restoran yang bertema dan memiliki kesamaan dengan tempat wisata akan meningkatkan kunjungan. Sebagai contoh, Pohon Inn Hotel yang berada dalam kompleks Jawa Timur Park 2, Pondok Jatim Park Hotel dalam kompleks Jawa Timur Park 1 dan sedang tahap pembangunan hotel di kompleks Jawa Timur Park 3. Hal ini kan memudahkan para wisatawan dalam mendapatkan tempat penginapan, kan tetapi akan merujuk pada pola terintegrasi yang sudah disiapkan oleh Jawa Timur Park Group. Ketiga, merchandising yang merujuk pada penjualan berbagai macam pernak-pernik seperti kaos, gantungan kunci, atau hal-hal yang bisa memperkuat theming. Seluruh tempat wisata yang ada, pasti menjual produk-produk khas dari tempat wisata tersebut. Keempat, emotional labour yakni membutuhkan tenaga kerja yang bisa menghidupkan suasana keceriaan dimana. Ini juga dapat kita temukan salah satunya pada karyawan di Museum Angkut yang memakai kostum cosplay sesuai dengan tema acara ataupun wahana yang ditawarkan.
Disneyization yang berkembang di Kota Batu dikhawatirkan akan menggeser eksistensi Kota Wisata Batu sebagai sentra agrowisata. Hal ini juga tidak sesuai dengan Visi Kota Batu yang menjadikan “KOTA BATU SENTRA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS  KEPARIWASATAAN INTERNASIONAL”. Potensi setiap daerah di Kota Batu sangatlah bagus untuk dikembangkan, selain untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan juga kesejahteraan dan perekonomian masyarakat akan terbangun dengan maksimal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Batu Tahun 2017 bahwa Luas lahan sawah di Kota Batu tahun 2016 sebesar 2.399,74 Ha dan luas lahan bukan sawah di Kota Batu mencapai 14.396,93 Ha (BPS, 2017). Luas lahan tersebut jika dioptimalkan akan meningkatkan potensi wilayah tiap desa. Pertanian organik yang sudah mulai dilakukan di beberapa desa di Kota Batu juga cukup baik. Salah satunya di Kampung Ekologi, Kelurahan Temas, Kota Batu yang sudah disertifikasi oleh Lembaga Organik Seloliman (Lepsos). Dilansir oleh Times Indonesia pada Selasa, 27 Februari, 2018 bahwa di Dusun Krajan, Desa Giripurno yang juga merupakan salah satu dari 16 titik pengembangan pertanian organik di Kota Batu juga telah mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Seloliman (LeSOS) dengan hasil pertaniannya yakni sayur andewi. Ini menjadi sebuah angin segar bagi pertanian organik di Kota Batu dan kemajuan di bidang pertanian dalam pencapaian visi Kota Batu sebagai SENTRA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS  KEPARIWASATAAN INTERNASIONAL.
Konsep Disneyization yang sudah berkembang saat ini dalam industri wisata hiburan di Kota Batu seharusnya juga bisa di kembangkan pada desa-desa wisata yang ada di Kota Batu. Tidak menutup kemungkinan pemerintah mengadopsi konsep tersebut dalam mengembangkan desa-desa wisata, khususnya pertanian organik yang menjadi komoditas dan fokus utama Kota Batu. Beberapa elemen dalam konsep Disneyization yang dapat diterapkan adalah theming dan merchandising dimana setiap desa atau kampung wisata memiliki keunikan, ciri khas tertentu yang dapat di tawarkan kepada wisatawan baik dari segi seni, budaya, makanan tradisional, kerajinan dan keterampilan tertentu. Merchandising yang merujuk pada penjualan berbagai macam pernak-pernik seperti kaos, gantungan kunci, atau hal-hal yang bisa memperkuat brand sebuah kampung wisata juga dapat diberdayakan dalam meningkatkan minat kunjungan wisatawan.

REFERENSI :
Adifirsta, M. (2017, Mei 16). Krisis Ekologi Kota Batu dan Dampak Sosialnya. Malang Corruption Watch. Diakses dari https://mcw-malang.org/2017/05/16/krisis-ekologi-kota-batu-dan-dampak-sosialnya/
Badan Pusat Statistik Kota Batu. (2017). Kota Batu dalam Angka 2017. Batu: BPS Kota Batu.
Bryman, A. (1999). The Disneyization Of Society. The Sociological Review. 47(1), 25-27
 
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu. (2017). Geografis Kota Batu. Diakses pada 25 Maret 2018, dari http://website.batukota.go.id/statis-14-geografis-kota-batu
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu. (2017). Visi dan Misi. Diakses pada 25 Maret 2018, dari http://website.batukota.go.id/statis-2-visi-dan-misi
Mahdi, H.E. (2014, Oktober 16). Proyek Disneyization Kota Batu. Malang Corruption Watch . Diakses dari https://mcw-malang.org/2014/10/16/proyek-disneyization-kota-batu/
Prayoga, R.M. (2018, Januari 13). Sederet Desa Kampung Wisata di Kota Batu yang Wajib Dikunjungi. Diakses dari  https://malangtoday.net/travel/wisata/sederet-desa-kampung-wisata-di-kota-batu-yang-wajib-dikunjungi/
Sahid, F.A. (2018, Februari 27). Wali Kota Batu Panen Sayur Organik Bersertifikasi. Times Indonesia. Diakses dari https://m.timesindonesia.co.id/read/169208/20180227/165702/wali-kota-batu-panen-sayur-organik-bersertifikasi/