Kota Wisata Batu, sebuah julukan untuk kota kecil di Jawa
Timur yang memiliki panorama indah dengan udara yang sejuk. Hal ini didukung
oleh kondisi geografis yang terletak di sekitar pegunungan yang cukup subur
antara lain adalah Gunung Anjasmoro, Gunung Arjuno, Gunung Banyak, Gunung Kawi,
Gunung Panderman, dan Gunung Welirang. Kota Wisata Batu sudah mulai dikenal
sejak zaman Belanda. Udara yang sejuk dan alam yang indah menjadi daya tarik
bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota kecil ini. Bahkan, sebuah julukan De Klein Switzerland disematkan pada
kota yang dianggap sebagai Swiss kecil di Jawa. Peninggalan arsitektur khas
Belanda dalam bentuk hunian atau tempat persinggahan banyak di jumpai di Kota
Batu karena pada zaman dahulu menjadi lokasi strategis untuk membangun sebuah
rumah persinggahan. Salah satu rumah persinggahan yang bersejarah yakni sebuah
hunian di kawasan Taman Rekreasi Selecta yang menjadi tempat singgah Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta.
Sebuah perkembangan yang cukup pesat terjadi pada kota
yang mulai berdiri
secara otonom pada tahun 2001 ini. Berbagai tempat wisata mulai di
kembangkan mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata religi, wisata kuliner
dan wisata buatan yang mengalami perkembangan cukup pesat. Hingga pada tanggal
20 Mei 2013 diluncurkan logo baru yakni "Shining Batu" yang mana menjadi sebuah ikon atau
julukan khusus untuk kota pariwisata ini. Banyaknya jumlah destinasi wisata di
kota ini sangatlah tepat untuk dijuluki sebagai
salah satu kota “wisata” di Indonesia. Wisata yang cukup populer di Kota
Wisata Batu adalah Taman Rekreasi Selecta, Coban Talun, Coban Rais, Pemandian
Air Panas Cangar, Paralayang Gunung Banyak, Arboretum, Jawa Timur Park 1,
Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Angkut, Batu Night Spectacular, Alun-Alun
Kota Wisata Batu, Eco Green Park, Predator Fun Park, Jawa Timur Park 3, dan Kusuma
Agro Wisata. Destinasi wisata menarik lainnya seperti di lansir oleh Malang
Today adalah adanya desa atau kampung wisata seperti Kampung Wisata Kungkuk,
Kampung Ekologi Temas, Desa Wisata Tulungrejo, Kampung Goenoeng, dan Desa
Oro-Oro Ombo.
Kota “wisata” menjadi
acuan utama Kota Batu untuk terus mengembangkan pariwisata yang ada.
Pembangunan semakin gencar dilakukan, tetapi yang kita temui sebuah proyek
pembangungan wisata buatan “artifisial” lah yang semakin merajalela. Wisata
khas Jawa Timur Park Group semakin diminati dan mendominasi wisata yang ada di
kota ini. Mengutip tulisan Haris El Mahdi dalam Malang Corruption Watch, seorang sosiolog warga Kota Batu yang
mengatakan bahwa Kota Batu
bukan lagi Swiss kecil di Pulau Jawa, tetapi berubah menjadi Singapura kecil di
Pulau Jawa. Wisata alam berbasis pertanian yang menjadi ciri khas Kota Batu
diubah menjadi wisata artifisial berbasis Disneyization,
sebuah model wisata yang tak pernah dikenal oleh orang Batu sebelumnya. Disneyization merujuk pada gagasan Bryman tentang proyek kapitalisme
yang mengintegrasikan wisata kuliner dengan wisata buatan (artificial) seperti pada taman hiburan Disneyland. Walt Disney
merupakan ikon dari industri hiburan paling terkemuka di AS, yang kemudian
bertransformasi sedemikian rupa menjadi jejaring bisnis wisata bernama Disneyland Park di banyak Negara (Mahdi,2014). Jawa Timur
Park Group menjadi sebuah proyek Disneyization
yang dapat kita jumpai di Kota Wisata Batu. Beragam proyek wisata nya antara
lain Jawa
Timur Park 1, Museum Satwa, Batu Secret Zoo, Museum Angkut, Batu Night
Spectacular, Eco Green Park, Predator Fun Park, dan Jawa Timur Park 3 yang
menjadi salah satu proyek terbaru di tahun ini semakin menambah wisata yang ada
di Kota Batu.
Menurut Bryman, A. (dikutip dari Mahdi, 2014) bahwa ada empat
hal yang menjadi ciri dari Disneyization.
Pertama, theming, merujuk pada
“menjual branding”, untuk konteks Kota Batu termanifestasi dalam slogan Kota
Wisata Batu (KWB) atau Shinning Batu.
Di samping itu juga merujuk pada spot-spot
ruang yang mempunyai tema-tema khusus. Kedua, dedifferentiation of consumption merujuk pada berbagai macam
tawaran konsumsi tetapi saling terintegrasi. Adanya hotel, restoran yang
bertema dan memiliki kesamaan dengan tempat wisata akan meningkatkan kunjungan.
Sebagai contoh,
Pohon Inn Hotel yang berada dalam kompleks Jawa Timur Park 2, Pondok Jatim Park
Hotel dalam kompleks Jawa Timur Park 1 dan sedang tahap pembangunan hotel di
kompleks Jawa Timur Park 3. Hal ini kan memudahkan para wisatawan dalam
mendapatkan tempat penginapan, kan tetapi akan merujuk pada pola terintegrasi
yang sudah disiapkan oleh Jawa Timur Park Group.
Ketiga, merchandising yang merujuk
pada penjualan berbagai macam pernak-pernik seperti kaos, gantungan kunci, atau
hal-hal yang bisa memperkuat theming.
Seluruh tempat
wisata yang ada, pasti menjual produk-produk khas dari tempat wisata tersebut. Keempat, emotional labour yakni membutuhkan tenaga kerja yang bisa menghidupkan suasana
keceriaan dimana. Ini juga dapat kita temukan salah satunya pada karyawan di Museum Angkut yang
memakai kostum cosplay sesuai dengan
tema acara ataupun wahana yang ditawarkan.
Disneyization yang berkembang di Kota Batu dikhawatirkan akan
menggeser eksistensi Kota Wisata Batu sebagai sentra agrowisata. Hal ini juga
tidak sesuai dengan Visi Kota Batu yang menjadikan “KOTA BATU SENTRA PERTANIAN
ORGANIK BERBASIS KEPARIWASATAAN INTERNASIONAL”.
Potensi setiap daerah di Kota Batu sangatlah bagus untuk dikembangkan, selain
untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan juga kesejahteraan dan
perekonomian masyarakat akan terbangun dengan maksimal. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kota Batu Tahun 2017 bahwa Luas lahan sawah di Kota Batu
tahun 2016 sebesar 2.399,74 Ha dan luas
lahan bukan sawah di Kota Batu mencapai 14.396,93 Ha (BPS, 2017). Luas lahan tersebut jika
dioptimalkan akan meningkatkan potensi wilayah tiap desa. Pertanian organik
yang sudah mulai dilakukan di beberapa desa di Kota Batu juga cukup baik. Salah
satunya di Kampung Ekologi, Kelurahan Temas, Kota Batu yang sudah disertifikasi
oleh Lembaga Organik Seloliman (Lepsos). Dilansir oleh Times Indonesia pada Selasa, 27 Februari, 2018 bahwa di Dusun Krajan, Desa
Giripurno yang juga merupakan salah satu dari 16 titik pengembangan
pertanian organik di Kota Batu juga telah mendapat
sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Seloliman (LeSOS) dengan hasil pertaniannya yakni
sayur andewi. Ini menjadi sebuah angin segar bagi pertanian organik di Kota
Batu dan kemajuan di bidang pertanian dalam pencapaian visi Kota Batu sebagai
SENTRA PERTANIAN ORGANIK BERBASIS
KEPARIWASATAAN INTERNASIONAL.
Konsep Disneyization yang sudah berkembang saat
ini dalam industri wisata hiburan di Kota Batu seharusnya juga bisa di
kembangkan pada desa-desa wisata yang ada di Kota Batu. Tidak menutup
kemungkinan pemerintah mengadopsi konsep tersebut dalam mengembangkan desa-desa
wisata, khususnya pertanian organik yang menjadi komoditas dan fokus utama Kota
Batu. Beberapa elemen dalam konsep Disneyization
yang dapat diterapkan adalah theming dan
merchandising dimana setiap desa atau
kampung wisata memiliki keunikan, ciri khas tertentu yang dapat di tawarkan kepada
wisatawan baik dari segi seni, budaya, makanan tradisional, kerajinan dan
keterampilan tertentu. Merchandising yang
merujuk pada penjualan berbagai macam
pernak-pernik seperti kaos, gantungan kunci, atau hal-hal yang bisa memperkuat brand sebuah kampung wisata juga dapat
diberdayakan dalam meningkatkan minat kunjungan wisatawan.
REFERENSI :
Adifirsta, M. (2017, Mei 16). Krisis Ekologi Kota Batu dan Dampak
Sosialnya. Malang Corruption Watch. Diakses
dari https://mcw-malang.org/2017/05/16/krisis-ekologi-kota-batu-dan-dampak-sosialnya/
Badan
Pusat Statistik Kota Batu. (2017). Kota
Batu dalam Angka 2017. Batu: BPS Kota Batu.
Bryman, A.
(1999). The Disneyization Of Society. The
Sociological Review. 47(1), 25-27
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu. (2017). Geografis Kota Batu. Diakses pada 25
Maret 2018, dari http://website.batukota.go.id/statis-14-geografis-kota-batu
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Batu. (2017). Visi dan Misi. Diakses pada 25 Maret
2018, dari http://website.batukota.go.id/statis-2-visi-dan-misi
Mahdi,
H.E. (2014, Oktober 16). Proyek Disneyization Kota Batu. Malang Corruption Watch . Diakses dari https://mcw-malang.org/2014/10/16/proyek-disneyization-kota-batu/
Prayoga, R.M. (2018, Januari 13). Sederet Desa Kampung
Wisata di Kota Batu yang Wajib Dikunjungi. Diakses dari https://malangtoday.net/travel/wisata/sederet-desa-kampung-wisata-di-kota-batu-yang-wajib-dikunjungi/
Sahid,
F.A. (2018, Februari 27). Wali Kota Batu Panen Sayur Organik Bersertifikasi. Times Indonesia. Diakses dari https://m.timesindonesia.co.id/read/169208/20180227/165702/wali-kota-batu-panen-sayur-organik-bersertifikasi/